Kepala Dinas Pariwisata Kepri Optimis Travel Bubble Akan Pikat Wisatawan Singapura

Advertorial, 07 February 2022 kata Kepri

(Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, Buralimar saat acara di hote Comforta Tanjungpinang)

Katakepri.com, Tanjungpinang – Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, Buralimar mengaku optimis, travel bubble akan memikat wisatawan Singapura berkunjung ke Kepri.

Apalagi, pengelola wisata di Nongsa Batam dan Lagoi Bintan melakukan promosi langsung ke Singapura.

Dari sisi kesiapan, dua destinasi wisata unggulan Kepri itu sudah di nyatakan siap dengan segala peralatan penunjang protokol kesehatan.

“Saat ini meski travel bubble masih dalam batas regulasi, tetapi saya yakin mereka sudah membuat rencana perjalanan ke Lagoi Bintan dan kawasan Nongsa di Batam,” katanya, Senin (7/2/2022).

Ia mengungkapkan, GM PT BRC Lagoi Abdul Wahab telah menjamin kesiapan pelaksanaan travel bubble.

Begitu juga dengan Ketua Nongsa Sensation, Andy Fong yang menyurati Otoritas Kelautan dan Pelabuhan Singapura terkait kebijakan travel bubble.

(Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno didampingi Gubernur Kepri Ansar Ahmad saat meninjau kesiapan travel bubble di Pelabuhan Nongsapura Batam Kepulauan Riau)

Menurut Buralimar, pembukaan pintu masuk perbatasan merupakan kemajuan karena telah di perjuangkan selama 1,5 tahun terakhir.

Travel bubble bermula dari diskusi serius dengan Jajaran Deputi I Kemenparekraf untuk mencari solusi pembukaan destinasi wisata, hingga lahirlah konsep ‘safe travel coridor 3B’ yaitu Batam, Bintan, dan Bali.

“Sehingga kami tahu persis, apa yang menjadi alasan utama landasan pemikiran travel bubble untuk Kepri,” tuturnya.

Buralimar menambahkan, saat penetapan zonasi, Kepri mengusulkan dua lokasi yakni Bintan Lagoi dan Batam Nongsa pertimbangan kedua lokasi itu enclave, positivity rate terkendali.

Selain itu, kedua destinasi wisata juga sudah di tunjang fasilitas kesehatan yang mendukung dan memiliki akses langsung ke pelabuhan.

Dengan fasilitas itu, pengendalian wisatawan lebih mudah terkendali.

“Makanya lebih memungkinkan untuk menjalankan travel bubble karena merupakan cross border area (daerah perbatasan) yang market share-nya tidak perlu banyak negara. Cukup satu negara saja, sudah bisa di jalankan,” tambahnya. (*)