Katakepri.com, Jakarta – Seorang Muslim kerap menjadi tempat teman-temannya mencurahkan hati (curhat). Tetapi curahan hati tersebut berisi ghibah ataupun membuka aib orang lain. Lalu bagaimana menyikapi orang-orang yang suka curhat berisi ghibah?
Pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif atau akrab disapa Buya Yahya dalam tausiyah singkat yang ditayangkan kanal resmi Al Bahjah TV beberapa hari lalu, mengatakan bahwa ketika seseorang menjadi tempat orang lain mencurahkan isi hatinya, maka terlebih dulu dirinya melakukan evaluasi diri, apakah pantas menjadi tempat curhat temannya dan apakah layak memberikan pandangan-pandangannya terhadap masalah yang dihadapi temannya.
Sebab, menurut Buya Yahya, banyak orang yang justru sok tahu terhadap persoalan orang lain dan berujung pada memberikan pandangan yang memperkeruh keadaan. Maka itu, menurut Buya Yahya, bila seseorang merasa tidak sanggup atau tidak mengerti akan persoalan yang diceritakan temannya, lebih baik menyampaikan pada temannya itu bahwa dirinya tak bisa memberikan tanggapan karena tidak menguasai atau memiliki kapasitas untuk memberikan pendapat.
“Kalau kita tidak punya bakat menyelesaikan masalah, (lalu) kalau ada orang curhat ke kita, itu tandanya orang itu ngajak menggunjing. Curhat itu menyampaikan permasalahan kepada orang yang akan atau diduga bisa menyelesaikan masalah. Sekarang (kalau) security diajak ngobrol (curhat), anak di sana (juga) di ajak curhat, ini namanya menggunjing. Sebab, semua orang diajak ngomong (curhat),” kata Buya Yahya.
Maka itu, menurut Buya Yahya, seseorang harus benar-benar bisa memilih kepada siapa akan mencurahkan isi hatinya, yakni kepada orang yang mempunyai kapasitas, mempunyai bakat dalam menyelesaikan persoalan, mempunyai ilmu untuk menyelesaikan masalah. Itu pun, menurut Buya Yahya, orang yang curhat hendaknya tidak langsung mengobral cerita atau tutup poin menceritakan masalahnya, dengan menyebutkan secara jelas orang-orang yang memiliki masalah dengannya. Orang yang curhat dapat menggunakan pengibaratan kasus untuk mengetahui pandangan orang yang dipercayainya memberikan pendapat dan solusi.
“Atau kalau ada orang datang pada Anda yang (akan curhat) ada bau-bau gunjingan, Anda tidak usah menerima. (Sampaikan) Mohon maaf ya ukhti, tidak boleh itu. Saya tidak mau dosa juga, amal saya sedikit. Saya tidak bisa menyelesaikan masalah itu, saya tidak mengerti ilmunya menyelesaikan masalah itu,” katanya.
Jadi, menurut Buya Yahya, lebih baik membawa orang mempunyai masalah itu untuk mencurahkan isi hati kepada orang yang memiliki kapasitas dan dapat memberikan solusi. Buya Yahya juga mengingatkan bahaya mendengarkan gunjingan yang dapat mendatangkan dosa. Maka itu, ketika seseorang menggunjing orang lain, seorang Muslim bisa menegurnya. Atau bila tidak sanggup, hendaknya meninggalkan orang yang menggunjing tersebut. (Red)
Sumber : republika.co.id