3 Fakta Mengapa Pramugari Banting Setir Jual Kopi

Katakepri.com, Jakarta – Pandemi wabah COVID-19 telah menghentikan kegiatan maskapai untuk beberapa bulan. Pramugari pun harus gigit jari selama beberapa bulan lantaran tak bisa mendapatkan insentif.

Para pramugari dan pekerja maskapai crew pesawat lainnya mau tidak mau harus bertahan dengan gaji pokok saja. Namun tidak semua pramugari pasrah. Bahkan ada yang banting stir jadi penjual kopi.

1. Pramugari Cantik Banting Stir Jual Kopi

Kondisi saat ini tidak membuat Renita Firdasari (23) putus asa. Warga Dusun Birin, Desa Karanglo, Kecamatan Klaten Selatan ini merupakan pramugari maskapai pelat merah yang kini banting setir buka warung kopi Tikungan di Klaten yang laris manis.

“Jadi awalnya karena dampak Corona ini penerbangan di-lockdown semua. Nah kita jadi nggak terbang, bulan ini juga cuti lalu saya mulai rintis usaha warkop ini,” kata Renita saat ditemui detikcom di warungnya, Jalan Ki Ageng Pemanahan, Gergunung, Klaten, Sabtu (18/7/2020).

Rere, sapaan karibnya, menceritakan gara-gara ada pandemi COVID pada bulan Mei 2020 dirinya dirumahkan maskapai. Rere mengaku sempat tidak bisa pulang ke Klaten karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta.

“Sempat di Jakarta tak bisa pulang, pas bisa pulang saya minta pulang sekalian cuti. Lalu dua minggu ini saya mulai usaha ini (warkop),” sambung Rere.

Rere mengaku bosan sebulan berdiam diri di rumah. Dia lalu memutar otak untuk mengisi waktu luangnya selama tidak terbang.

“Saya buka bisnis ini karena sudah kebiasaan kerja jadi kalau tidak kerja juga mau ngapain. Karena saya suka nongkrong di warung burjo saat kuliah dan adik saya juga banyak yang nongkrong jadilah saya buka warung,” jelas Rere.

2. Hal yang Buat Pramugari Banting Stir

Pengamat Penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati mengatakan, efek ditutupnya penerbangan memang sangat besar dirasakan bagi pramugari.

“Yang jual kopi itu bisa jadi yang efek bulan Maret, April, Mei. Awal Juni sempat maskapai domestik menerbangi frekuensinya cuma 10%,” ujarnya kepada detikcom, Minggu (19/7/2020).

Arista menjelaskan, pemasukan pramugari paling besar memang dari insentif saat terbang. Jika tidak ada penerbangan mereka hanya mendapatkan gaji pokok.

Menurutnya belum tentu semua pramugari bisa bertahan berbulan-bulan hanya mengandalkan gaji pokok. Belum lagi bagi mereka yang memiliki tanggungan cicilan.

“Kebutuhan pramugari masih muda banyak. Gaji pokok sih cuma cukup buat makan, beli bedak dan bayar kos-kosan sih,” tambahnya.

Lagi pula, lanjut Arista, tak semua pramugari betah hanya berdiam diri di rumah. Alih profesi menjadi jalan bagi mereka untuk membunuh waktu.

3. Patut Diacungi Jempol

Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiratmadja menambahkan, pihaknya mengacungkan jempol untuk pramugari yang tidak sungkan beralih profesi. Dia berharap para pramugari bisa bertahan di masa sulit ini.

“Itu patut kita hargai. Tapi berdasarkan data Ditjen Perhubungan Udara, kegiatan bulan Huli ini sudah 50%, semoga tidak perlu ada gelombang PHK besar,” tuturnya. (Red)

Sumber : detik.com