Katakepri.com, Jakarta – Gigitan nyamuk bisa berpotensi menimbulkan berbagai penyakit. Seperti demam berdarah, demam chikungunya, kaki gajah, hingga malaria. Malaria merupakan penyakit infeksi yang diakibatkan oleh parasit plasmodium.
Plasmodium ini dibawa oleh nyamuk Anopheles betina. Penggunaan obat anti malaria adalah salah satu upaya penting yang bisa dilakukan untuk memberantas malaria.
Nah, kira-kira apa saja ya obat malaria? Yuk simak artikel ini untuk tahu lebih dalam mengenai macam-macam obat malaria.
Klasifikasi Obat Malaria
Dilansir buku berjudul Malaria, Mencegah dan Mengatasinya (2007), obat malaria dibagi menjadi 5 berdasarkan klasifikasi berikut ini:
1. Skizontisida Jaringan untuk Profilaksis
Bekerja pada siklus eritrositik setelah terjadinya perkembangan di hati. Contoh obatnya adalah primakuin dan pirimetamin.
2. Skizontisida Jaringan untuk Mencegah Relaps
Obat ini biasanya digunakan untuk pengobatan radikal dan anti relaps. Contoh obatnya adalah primakuin.
3. Skizontisida Darah
Bekerja dengan cara membunuh parasit yang memiliki hubungan dengan penyakit akut yang disertai dengan gejala klinis. Contoh obatnya yakni, kuinin, klorokuin, sulfadoksin, meflokuin, dan halofantrin.
4. Gametositosida
Gametositosida bekerja dengan cara menghancurkan bentuk seksual dari plasmodium malaria yang ada pada darah, sehingga mencegah adanya transmit parasit ke tubuh nyamuk. Contoh obatnya adalah primakuin.
5. Sporontosida
Sporontosida bekerja dengan cara menghambat ookista yang ada pada nyamuk sehingga mencegah adanya transmisi. Contoh obatnya adalah primakuin dan kloroguanid.
Obat untuk Malaria
Dilansir melalui jurnal berjudul Obat Anti Malaria (2016) ada beberapa obat anti malaria, yakni:
1. Klorokuin
Klorokuin fosfat adalah obat malaria yang digunakan apabila infeksi yang dialami tidak terlalu rumit. Obat ini digunakan jika infeksi disebabkan oleh P. falciparum yang peka terhadap klorokuin. Obat klorokuin bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan parasit dengan berkonsentrasi di dalam vesikula asam parasit, dengan demikian meningkatkan pH internal.
Obat ini biasanya dikonsumsi dengan dosis 1 kali pemberian dalam waktu 6-8 jam. Lalu, pasien kemudian diberikan setengah dosis. Efek samping dari klorokuin yakni mual, rambut rontok, sakit kepala, tidak nafsu makan, dan diare.
2. Atovaquone atau Proguanil
Atovaquone-proguanil digunakan pada infeksi malaria yang disebabkan oleh P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Produk kombinasi ini bertindak sebagai antimalaria karena atovaquone secara selektif menghambat transpor elektron mitokondria parasit, dan proguanil menghambat dihidrofolat reduktase.
Obat ini cocok digunakan apabila kamu berniat untuk travelling dalam waktu dekat. Obat ini dapat digunakan sehari sebelum berpergian atau tujuh hari setelah selesai bepergian. Efek samping dari obat ini adalah mual, sakit perut, dan muntah.
3. Kuinin atau Kina
Kuinin atau kina adalah kandungan alkaloid utama yang ada pada kulit pohon kina. Kina digunakan saat mengalami infeksi malaria P. vivax dan P. malariae. Cara kerja dari obat ini yakni dengan menghambat heme polimerase, sehingga terjadi penumpukan zat heme.
Kuinin tersedia dalam bentuk injeksi dan tabel. Untuk dosis oral, diberikan 10 mg/kg berat badan setiap 8 jam dalam waktu 4 hari pertama. Diberikan 15 mg/kg berat badan dalam waktu 4 hari berikutnya.
4. Primakuin
Primakuin fosfat adalah obat anti malaria yang biasanya digunakan sebagai agen tambahan untuk klorokuin fosfat atau hidroksiklorokuin ketika infeksi disebabkan oleh P. vivax atau P. ovale yang sensitif terhadap klorokuin. Obat ini bekerja dengan cara menghilangkan hipnozoit yang tetap tidak aktif di dalam hati pasien.
Primakuin biasanya diberikan setelah pemberian klorokuin dengan dosis awal 0,25 mg perhari selama 5 hari untuk yang mengalami infeksi P. vivax dan P. ovale. Sedangkan yang mengalami infeksi P. falciparum, diberikan dosis sebanyak 0,75 mg/kg berat badan.
5. Sulfadoksin-Pirimetamin
Obat ini merupakan obat anti malaria yang digunakan sebagai agen tambahan untuk sulfonamida atau sulfon, dan diaminopirimidin. Obat ini biasanya digunakan pada kasus infeksi P.Falciparum. Obat ini merupakan pengobatan radikal falsiparum yang kebal terhadap klorokuin. Sulfadoksin-pirimetamin ada dalam bentuk tablet. Dosis awal sulfadoksin yang diberikan adalah 25 mg/kg berat badan. Penggunaan obat ini dilaporkan memiliki angka kesembuhan hingga 92-100%.
6. Derivat Artemisin
Artemisin merupakan bahan aktif dari obat trandisional China yang bernama artemisia annua. Obat ini membantu mencegah progresivitas penyakit dengan cara menghambat perkembangan dari tropozoit. Obat ini relatif aman untuk digunakan, karena sudah banyak digunakan di Thailand pada pasien-pasien malaria falsiparum. Artemisin tersedia dalam bentuk derivatnya:
Artesunate
Artemether
Arteether.
Dosis awal artemether yang diberikan yakni 3,2 mg per hari, dan dilanjutkan dengan pemberian dosis 1,6 mg per hari maksimal sampai 7 hari atau setelah mampu mendapat pemberian obat oral.
Melalui penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa ada 6 macam obat anti malaria yakni klorokuin, proguanil, kuinin atau kina, primakuin, sulfadoksin, dan artemisin. Demikian penjelasan yang bisa detikHealth rangkum. Semoga bermanfaat! (Red)
Sumber : detik.com