Katakepri.com, Jakarta – Menjalani hidup sebagai anak kos nggak semudah kelihatannya. Selalu ada masalah yang datang silih berganti. Siap nggak siap, kamu mesti menghadapi dan menyelesaikannya. Beberapa orang punya cara tersendiri untuk mengurangi beban tersebut. Salah satunya dengan memperbanyak teman, agar waktu masalah datang mereka bisa membantu.
Pertemanan sangat membantu anak kosan bertahan hidup. Budaya saling berbagi tumbuh subur di lingkungan kos. Namun adakalanya pertemanan itu mengalami gesekan. Hubungan yang tadinya harmonis jadi merenggang gara-gara kesalahpahaman. Hubungan tersebut ada yang bisa diselamatkan, ada yang akhirnya bermusuhan. Konfliknya sepele, paling juga nggak jauh-jauh dari 5 hal ini.
1. Nyetel musik keras-keras sering banget jadi awal mula perseteruan anak kos
Musik bisa memisahkan persahabatan dalam lingkup kosan. Bermula dari ada yang nyetel musik di kamarnya, lalu suaranya mengganggu penghuni kamar lain. Si penegur nggak nyaman dengan polusi suara, si penyetel merasa punya hak untuk mendengarkan musik.
Kalau dicari siapa yang salah tentu saja yang menyetel musik. Kenapa nyetelnya harus keras-keras? Memangnya nggak ada earphone? Herannya kadang si penyetel nggak terima dan nantang balik. Ribut deh. Dasar jiwa muda.
2. Sapa-menyapa menjadi salah satu budaya yang wajib diterapkan di kosan. Sekali lewat nggak nyapa, kamu bisa diomongin di belakang
Menjaga sopan santun adalah kewajiban penghuni kos. Adab kesopanan yang paling dasar adalah bertegur sapa. Arti pentingnya tegur sapa bisa dilihat dari banyaknya konflik perang dingin anak kosan. Cuma gara-gara lewat tanpa menyapa kamu bisa dibilang sombong dan diomongin di belakang. Kamu yang introver, pemalu, atau lagi buru-buru ada baiknya tetap menyapa teman kosmu. Ramah tamah itu penting.
3. Banyak yang kebablasan suka ngambil sesuatu di kulkas kosan. Kenapa harus ngutil sih, padahal kan kalau izin bakal dibolehin
Berbagi dengan teman memang menjadi salah satu budaya dalam kehidupan ngekos. Kalau nggak begitu, anak kos bakal susah untuk bertahan hidup. Namun konsep berbagi ini seringkali disalahartikan. Hanya karena teman suka berbagi bukan berarti orang bisa mengambil barang milik temannya tanpa izin. Sering banget makanan hilang atau berkurang di kulkas kosan. Orang yang kehilangan jelas marah dong. Kok masih ada orang nggak paham konsep sesederhana ini? Padahal kalau bilang biasanya dikasih cuma-cuma.
4. Masalah lain adalah piring-piring yang nggak dicuci. Maunya pakai doang dikira teman kos lainnya pembantu kali, ya?!
Penggunaan piring juga sering jadi sengketa. Ada yang suka pakai tapi nggak mau nyuci. Kalau di kos ada tukang bersih-bersihnya sih harusnya nggak jadi masalah, cuma kan nggak semua ada fasilitas itu? Berat banget kayaknya nyuci bagi hidupnya sampai rela temannya marah-marah. Padahal kan konsepnya sederhana: siapa yang pakai, dia yang harus nyuci.
5. Ada juga masalah soal rendeman baju nggak segera dicuci. Orang yang jorok begini biasanya kena sindir terus sama teman-teman kosnya
Bagi mereka yang mesti berbagi kamar mandi, masalah rendeman baju cukup sensitif. Ada orang yang nggak tahan melihat rendeman baju berhari-hari. Pertama, karena jorok. Kedua, karena bau. Teguran yang lazim dilakukan adalah dengan mengunggahnya ke grup. Kalau masih nggak sadar, biasanya embernya dipindahin ke luar.
Seperti halnya hidup bertetangga, kehidupan kos juga penuh dengan konflik. Bedanya, masalah anak kosan biasanya sepele. Masalah yang sejatinya bisa diomong-omongin baik-baik. Cuma kadang jadi berlarut-larut karena ego anak muda; udah tahu salah, nggak mau disalahin. Hadeeeeh! (Red)
Sumber : hipwee.com