Katakepri.com, Jakarta – Kebanyakan orang sukar mengenali tanda-tanda kanker tenggorokan karena kondisinya mirip dengan flu biasa. Akibatnya, penyakit tersebut terlambat mendapat intervensi sejak dini dan terlanjur sulit dihilangkan.
Berdasarkan tempat munculnya, kanker tenggorokan terbagi menjadi dua jenis, yakni kanker faring dan kanker laring. Kanker faring adalah sel kanker yang berkembang di bagian tenggorokan, tepatnya di belakang mulut dan rongga hidung. Sementara itu, sel kanker yang tumbuh di kotak suara atau amandel disebut kanker laring.
Sama halnya dengan kanker lain, kanker tenggorokan disebabkan oleh mutasi sel yang tidak wajar dan tanpa disadari berkembang secara brutal. Para dokter percaya bahwa ketidakwajaran ini sebagian besar disebabkan oleh kebiasaan merokok yang berlebih.
“Karena kalau bicara kanker yang hubungannya dengan rokok, yang paling berpengaruh pasti bagian kepala-leher. Terutama bagian rongga mulut sampai tenggorokan, karena asapnya rokok banyak berkumpul di sana,” kata dr Denny Handoyo Kirana, SpOnk-Rad, dokter spesialis onkologi radiasi dari Siloam Hospitals MRCCC Semanggi saat saat dihubungi detikcom, Rabu (5/10/2020).
Tenggorokan bisa dikategorikan sebagai organ krusial karena memiliki dua fungsi utama bagi manusia, yaitu sebagai sistem pernapasan dan pencernaan. Keseimbangan kinerja organ tubuh akan terganggu bila tenggorokan sudah tercemar sel kanker.
Tanda-tanda Kanker Tenggorokan
Dikutip dari Cancer Research UK, tanda-tanda kanker tenggorokan sering kali sama persis dengan penyakit lain yang tidak terlalu serius. Namun, masyarakat perlu berwaspada bila kondisi berikut ini muncul secara bersamaan tidak kunjung sembuh dalam waktu dekat:
Sakit telinga.
Sakit tenggorokan.
Benjolan di leher.
Kesulitan menelan.
Perubahan suara atau ucapan.
Penurunan berat badan tanpa sebab.
Batuk.
Sesak napas.
Rasa tersangkut di tenggorokan.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara rinci jika tanda-tanda kanker tenggorokan terus-menerus terjadi. Pemeriksaan tersebut bisa berupa nasoendoskopi, analisis jaringan tenggorokan, foto rontgen, CT scan, MRI, atau Positron Emission Tomography (PET) scan. (Red)
Sumber : detik.com