Katakepri.com, Jakarta – Memberi maaf kepada orang lain yang berbuat salah adalah tindakan mulia yang dianjurkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Bahkan salah satu sifat-Nya dari 99 nama sifat yang terpuji adalah Al ‘Afwu atau Maha Pemberi Maaf atas hamba-hambanya.
Karena luasnya ampunan Allah SWT, Dia bahkan memerintahkan agar manusia untuk tidak berputus asa atas cinta dan ampunan-Nya sebesar apapun kesalahan seorang hamba. Allah SWT berfirman:
قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Artinya: Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53).
Mengutip dari Islamweb, menjadi bagian dari keluhuran dan kedermawanan adalah menerima permintaan maaf dari pelaku kesalahan. Hal ini telah dicontohkan oleh para Nabi, terutama Rasulullah SAW dari banyak kisahnya.
Ada juga kisah yang terkenal, tentang Nabi Yusuf AS yang memaafkan saudara-saudaranya yang sebelumnya berniat membunuh Yusuf. Meskipun kesalahan saudaranya sangat besar, Yusuf tetap memaafkan para saudaranya.
Hal ini tergambar dalam surat Yusuf ayat 91 hingga 92:
قَالُوا۟ تَٱللَّهِ لَقَدْ ءَاثَرَكَ ٱللَّهُ عَلَيْنَا وَإِن كُنَّا لَخَٰطِـِٔينَ
Artinya: Mereka berkata: “Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).” (QS. Yusuf: 91)
قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ ٱلْيَوْمَ ۖ يَغْفِرُ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ
Artinya: Dia (Yusuf) berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang.” (QS. Yusuf: 92)
Dalam kisah lain, suatu hari, seorang pria meminta maaf kepada Ibrahim An-Nakha’i RA, dan dia berkata: “Aku memaafkanmu tanpa permintaan maaf, karena permintaan maaf dinodai dengan kebohongan.”
Ada juga kisah yang diriwayatkan bahwa Al-Hasan bin Ali RA, berkata: “Jika seseorang menghinaku di telinga ini, dan meminta maaf di telinga yang lain, aku akan menerima permintaan maafnya.”
Al-Ahnaf bin Qais rahimahullah berkata: Jika seseorang meminta maaf kepadamu, maka terimalah dia dengan senang hati.
Seorang Muslim perlu menguasai seni meminta maaf, berapa banyak permusuhan yang bisa dihindari dengan satu permintaan maaf. Berapa banyak keluarga yang hancur karena tidak adanya budaya permintaan maaf, dan berapa banyak jiwa yang berubah dan dipenuhi amarah ketika sebagian dari kita gagal untuk melakukannya. (Red)
Sumber : republika.co.id