Katakepri.com, Jakarta – Pengamat politik Rocky Gerung menduga penuntasan kasus penyiraman air keras terhadap wajah penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan sengaja dibuat rumit sejak awal.
“Kelihatan dari awal dibikin rumit prosedurnya. Itu soalnya rakyat dibuat jengkel. Jadi tim buat tim, nanti timnya buat tim lagi. Kan itu kedunguan dalam upaya untuk membongkar konspirasi,” kata Rocky di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Selasa, 23 Juli 2019.
Rocky juga menduga bahwa pembentukan tim pencari fakta bentukan Polri justru menandakan ada fakta lain selain kriminal dalam kasus Novel. Karena, jika kasus Novel hanya dilihat sebuah kasus pidana, maka semestinya polisi bisa menuntaskannya.
Novel Baswedan diserang dua orang tak dikenal sepulang dari salat subuh berjamaah di Masjid Ihsan di dekat rumahnya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada 11 April 2017. Dua tahun berlalu, polisi gagal mengungkap pelaku lapangan maupun aktor intelektual penyerangan tersebut.
Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian pun membentuk tim teknis lapangan sebagai langkah lanjutan pengusutan kasus penyerangan. Tim teknis bakal dipimpin oleh Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Idham Azis.
Rocky menganggap hadirnya tim teknis akan semakin merumitkan pengusutan kasus Novel. “Kan dari awal sudah dibilang ini bukan peristiwa kriminal, makanya dibuat tim pencari fakta, kok malah dibalikin lagi ke polisi,” ujar dia.
Sementara itu, Polri berjanji bekerja keras dalam menindaklanjuti temuan pencari fakta kasus Novel Baswedan. Apalagi Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga memberikan tenggat waktu tiga bulan untuk menyelesaikan perkara tersebut. “Prinsipnya, kami akan kerja keras,” ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal Mohammad Iqbal di kantornya, Jakarta Selatan, pada Senin, 22 Juli 2019. (Red)
Sumber : tempo.co