Wasiat Rasulullah SAW di Waktu Dhuha

Katakepri.com, Jakarta – Disunnahkan bagi setiap hamba agar melaksanakan shalat dhuha ketika sudah tiba waktu dhuha.

Wasiat ini juga disampaikan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam kepada Abu Darda Radhiyallahu Anhu yang disebutkan pada riwayat Imam Muslim (no.722), serta kepada Abu Dzar Radhiyallahu Anhu yang disebutkan pada riwayat An Nasa’i dalam kitab As Sunan Al Kubra (no.2712).

Hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam, bahwasanya beliau pernah bersabda, 

“Ketika memasuki pagi, setiap persendian kalian berhak atas sedekah, namun ketahuilah bahwa setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, mengajak pada kebaikan adalah sedekah, mencegah suatu kemungkaran adalah sedekah, dan jumlah tersebut sudah bisa terpenuhi cukup dengan melakukan shalat sunnah dhuha dua rakaat” (HR. Muslim no.720) 

Persendian adalah penghubung antar tulang satu dengan yang lainnya hingga tubuh dapat digerakkan. 

Dalam kitab Shahih Muslim juga disebutkan sebuah riwayat dari bunda Aisyah Radhiyallahu Anha yang menjelaskan bahwa setiap manusia itu diciptakan memiliki tiga ratus enam puluh persendian. Apabila semua hak sedekahnya terpenuhi, maka pada hari itu ia sedang berjalan untuk menjauhkan dirinya dari api neraka Jahannam. 

Untuk waktunya dimulai sejak diperbolehkannya melaksanakan shalat dhuha (yakni setelah lewat waktu pengharaman untuk mendirikan shalat), tepatnya saat matahari naik dan bayangan tombak setara dengan ukuran tingginya. 

Waktu ini berakhir sebelum matahari berpindah arah (dari timur ke barat), tepatnya kira-kira sepuluh menit sebelum masuk waktu zhuhur. 

Dalilnya adalah: Hadits yang diriwayatkan dari Amru bin Abasah Radhiyallahu Anhu, “Kerjakan shalat shubuh, lalu jangan melakukan shalat (apapun) hingga matahari mulai meninggi (setelah meninggi barulah) kerjakan shalat (dhuha) karena sesungguhnya shalat itu disaksikan dan dihadiri (oleh para malaikat), (waktunya) sampai bayang-bayang tombak menjadi sangat sedikit, lalu jangan melakukan shalat (apapun), karena ketika itu api neraka Jahannam sedang dinyalakan..” (HR. Muslim no.832). 

Sementara waktu shalat dhuha yang paling utama yakni di akhir waktu yang diperbolehkan, yaitu ketika panas matahari menyengat tapak kaki anak-anak unta. 

Dalilnya adalah: hadits yang diriwayatkan dari Zaid bin Arqam Radhiyallahu Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam pernah bersabda, “(Waktu) shalat awwabin (dhuha) itu adalah ketika anak unta merasakan kepanasan.” (HR. Muslim no.748). (Red)

Sumber : republika.co.id