Katakepri.com, Jakarta – Kemajuan teknologi memungkinkan aksi kampanye politik dibantu oleh artificial intelligence (AI). Tidak selalu negatif, justru kita harus bisa memandang kehadiran AI sebagai hal yang positif.
Philips Vermonte selaku seorang pengamat politik menyebut distrupsi pertama telah terjadi pada Pemilu 2014. Dia mencontohkan adanya Kawal Pemilu, situs yang mengawasi Pilpres 2014 melalui penghitungan suara hasil pindai formulir C1 yang dipublikasikan oleh KPU.
Ketika itu, hasil suara sangat ketat. Ditambah lagi ketidakpercayaan generasi tua terhadap hasil quick count atau hitung cepat pemungutan suara. Kawal Pemilu pun hadir menjadi jawaban permasalahan yang ada.
“Selalu ada dua sisi (dampak positif dan negatif). Saat ini kita belum tahu dampaknya (penggabungan AI dengan politik),” ujar Philips.
“Tapi saya melihat teknologi secara positif. Waktunya teknologi hadir di sini dan saya rasapemilu.ailebih banyak positifnya,” lanjutnya.
Mengenai dampak buruk AI seperti berita bohong sudah banyak dikulik. Kini, Philips mengajak kita semua untuk belajar dari permasalahan media sosial yang pada akhirnya hanya menjadikan kita sebagai user atau pengguna saja.
“Kita jangan mengulang kesalahan medsos karena kita jadi user saja sehingga kita sibuk menghabiskan waktu bahas dampak buruk medsos, disinformasi-disinformasi. Dengan doing AI, karena itu akan tahu. Kita selama ini jadi ekor teknologi luar. Saat ini, menjadi kesempatan agar kita jadi yang di kepala. Bisa dimanfaatkan AI ini,” tandasnya. (Red)
Sumber :detik.com