Apa yang Dimaksud Dengan Dark Jokes?

Katakepri.com, Jakarta – Pernah nggak sih kamu dikatain sebagai orang yang nggak punya selera humor, nggak bisa diajakin bercanda, sampai dicap SJW garis keras? Iya, sama mereka yang katanya ‘open minded‘ banget.  Apalagi kalau udah pakai embel-embel dark jokes, semua orang yang nggak sepaham biasanya akan dicap sebagai kaum-kaum tertinggal alias konservatif bin kuno.

Kayak yang baru-baru ini terjadi, udah tahu ada musibah besar yang berpotensi mengancam keselamatan banyak orang (Virus Corona), tapi kok sempat-sempatnya bikin jokes tentang itu.

Masalahnya, hal-hal tersebut ternyata dilakukan oleh beberapa figur publik yang memang terkenal sebagai komedian. Rasanya kok jadi ngeri, ya, kalau standar dark jokes bergeser jadi bercandaan yang nggak etis gitu. Tapi gimana lagi, namanya juga komedian~

Katanya kalau nggak paham berarti nggak open minded

Sebenarnya saya percaya kok, jadi komedian itu nggak gampang. Harus cari panggung sana-sini. Berusaha keras biar dianggap lucu oleh semua orang.

Tapi pepatah mengatakan bahwa, “Segala hal yang berlebihan itu memang nggak baik,” rupanya banyak dilanggar oleh para komedian itu sendiri. Akibatnya? Ya, begini, kelewatan alias keluar jalur di batas wajar.

Bayangkan, ribuan bahkan mungkin jutaan orang di luar sana lagi waswas jika sewaktu-waktu terkena ancaman penyakit mematikan, yang di sini malah cari panggung lucu-lucuan pakai konten situasi tersebut.

Tapi ya udahlah, mungkin memang saya yang belum bisa open minded.

Definisi dark jokes sendiri semakin salah kaprah

Dark Jokes adalah jenis lelucon dari seorang komedian yang dibuat dengan menabrakkan komedi dan peristiwa berdasarkan realitas.

Mengutip dari cuitan warganet di twitter sekaligus komedian bernama @sakdiyahmaruf tentang utasnya yang membahas tentang dark jokes, “Ini bukan persoalan apa yang boleh atau tidak boleh dibercandain, tapi SIAPA YANG BERCANDA TENTANG APA?

Ini juga bukan hanya persoalan ketersinggungan, tapi landasan nilai dan niat berkomedi.” Dengan kata lain, segelap-gelapnya dark jokes yang diutarakan, empati adalah satu hal yang nggak boleh dilupakan.

Sebenarnya nggak ada masalah juga kok kalau mau menciptakan gurauan gelap, toh banyak opsinya. Misalnya, memosisikan diri sendiri sebagai kaum yang terpinggirkan untuk melawan penindasan sistem, menertawakan kesedihan-kesedihan sebagai bentuk perlawanan terhadap sedih itu sendiri, dan sebagainya. Tapi sekali lagi, siapalah saya ini yang nggak paham dengan jokes masa kini.

Udah deh, nggak perlu mengaitkan dark jokes dengan open minded kalau standar lucumu ada di penderitaan jutaan orang alias nggak mashoook!

Dalam definisi yang benar, open minded memang salah satu hal positif yang dimiliki seseorang. Kita bisa melihat sesuatu hal dari banyak sisi dan perspektif. Maka nggak heran banyak orang berlomba-lomba untuk punya predikat open minded.

Masalahnya cuma satu, predikat open minded ini dari waktu ke waktu semakin digeser oleh mereka yang merasa bahwa segala hal dapat dibercandakan. Salah satunya, ya, itu tadi~

Padahal, nggak semua orang bisa menerima hal tersebut, apalagi di Indonesia sendiri yang masyarakatnya dikit-dikit ‘ngamukan‘. Lha wong ngasih bercandaan kayak gitu dalam forum tertutup aja kadang ada yang nggak terima, kok ini malah bisa-bisanya diungkapkan di muka publik dengan bebas.

Akhir kata, nggak semua hal itu bisa dibikin jokes, apalagi diterima oleh banyak orang. Banyak hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah empati. Nggak susah sih kalau punya hati. (Red)

Sumber : hipwee.com