Katakepri.com, Jakarta – Teringat sangat jelas di benak saya ketika saya mendapatkan sesuatu, tapi sesuatu itu tidak saya sukai. Namun, ketika saya hendak melepaskannya juga sayang karena sudah didapatkan. Jadi, saya hanya bisa menjalankan hari-hari saya dengan tidak ikhlas dan asal-asalan. Saya tidak memiliki motivasi untuk melakukan yang terbaik sama sekali.
Pada waktu itu, saya diterima di Sekolah Menengah Atas yang sebenarnya tidak saya sukai. Setelah diterima, saya langsung memiliki niat ingin pindah sekolah, karena alasan saya mendaftar ke SMA tersebut karena ingin bersama teman-teman saya sementara teman-teman saya malah ditolak oleh SMA yang menerima saya tadi. Namun, saya mempertimbangkan untuk tetap di SMA tersebut sebab lokasinya cukup dekat dengan rumah.
Di lain sisi, SMA yang saya inginkan itu jauh dari rumah, jalan ke sekolahnya juga seperti memasuki area hutan-hutan, cukup berbahaya kalau malam, dan belum tentu juga diterima karena termasuk SMA terbaik. Jadi, saya mencoba bertahan di SMA yang menerima saya.
Jujur saja, melakukan sesuatu yang tidak disukai itu sangatlah berat dan melelahkan. Saya menjalankan hari-hari dengan menyalahkan keputusan saya dan juga diri sendiri kenapa harus sekolah di SMA saya yang sekarang. Kenapa tidak mencoba mendaftar saja dulu. Saya seperti membawa beban setiap harinya yang membuat saya tidak senang.
Seiring berjalannya waktu saya bersekolah, mengenali sekolah saya, dan juga bersama dengan teman-teman sekelas saya, akhirnya saya mencoba menerima SMA saya. Toh, saya juga sudah belajar di sana, terus kenapa harus memikirkan SMA yang lain. Jalani saja dengan baik dulu. Mau sekolah di mana pun jika tidak ikhlas juga apa gunanya. Lagipula, bukankah lebih baik kalau saya bisa berdamai dengan keadaan supaya saya bisa lebih ikhlas dan menjalankan apa yang di hadapan saya dengan baik.
Dengan saya yang sudah menerima keadaan saya, saya belajar jika tidak selamanya sesuatu yang tidak saya sukai itu membawa hal yang buruk untuk saya, justru memberi hal yang baik jika saya sendiri bisa fokus dan memiliki pikiran-pikiran yang positif.
Hal yang saya sesali adalah hari-hari saya yang seharusnya diisi dengan belajar dengan giat dan memaksimalkan mengembangkan diri malah digunakan dengan melontarkan penyesalan-penyesalan yang tak terhitung jumlahnya.
Saya rasa pemikiran saya sendirilah yang membuat saya membayangkan hal-hal buruk yang akan menimpa saya. Cara berpikir saya itu stuck di pandangan buruk untuk sekolah saya dan saya sendiri, seperti mau jadi apa saya? Apa sih yang didapat dari sekolah ini? Memangnya akan bisa mendapat universitas yang bagus?
Pikiran-pikiran liar tadi menghambat proses belajar saya karena saya menganggap apa yang saya lakukan itu tidak ada artinya. Saya bahkan kehilangan motivasi belajar, dan lebih buruknya lagi saya mendapatkan nilai yang sangat buruk
Saya pikir tidak perlu terlalu berlarut-larut dengan sesuatu yang tidak dapat dicapai jika hanya digunakan untuk meruntuki diri sendiri dan akan lebih baik jika bisa fokus dengan apa yang sudah dicapai dan memaksimalkannya.
Namun, apabila sesuatu yang tidak dicapai itu dapat memberikan semangat untuk terus mencoba meraihnya, saya pikir tidak apa-apa untuk mempertimbangkannya.
Tidak sedikit dari siswa atau juga mahasiswa yang tidak bisa masuk dan melanjutkan belajarnya di tempat yang mereka inginkan.
Banyak faktor yang menghambat mereka, bisa seperti karena lokasi, keuangan, dan juga restu orang tua. Ada yang ingin mencoba lagi dan ada juga yang pasrah. Sewaktu sudah pasrah dengan tempat melanjutkan belajarnya, berdamai dengan diri sendiri itu penting.
Cara berdamai dengan diri sendiri pasti berbeda.Cara saya menerima sekolah saya adalah dengan menyadari jika apa yang saya miliki sekarang ini mungkin adalah yang terbaik yang diberikan Tuhan pada saya.
Kemudian, saya juga memikirkan keluarga saya. Keluarga saya pasti mempunyai harapan untuk saya bersekolah di SMA saya, jadi saya harus bisa berusaha untuk memenuhi harapannya. Jikalau pun tidak bisa memenuhi harapan mereka, saya setidaknya sudah berusaha semaksimal mungkin. Keluarga saya cenderung tidak menekankan saya jika saya harus menjadi yang terbaik tapi saya juga mempunyai kesadaran jika belajar itu keharusan, di mana pun saya bersekolah.
Yang terakhir, saya mencoba untuk fokus pada pengembangan diri sendiri, bukan malah terfokus pada penyesalan dan penyalahan diri sendiri yang bisa menganggu proses pengembangan diri saya. Dimulai dengan membuat jadwal belajar mandiri dan rajin belajar setiap malam. Tak lupa, saya mengikuti kegiatan sekolah dan ekstrakurikuler untuk memperbaiki kualitas diri. Saya berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi tanpa memikirkan hal yang yang tidak perlu.
Cara berdamai dengan diri sendiri tidak dapat disama ratakan untuk setiap orang. Setiap orang mempunyai versinya sendiri, jadi mungkin jika cara saya diterapkan untuk orang lain tidak akan efektif untuk sebagian orang. Berdamai dengan keadaan yuk!
Sumber : hipwee.com