Rukun Khutbah Jumat Menurut Mazhab Syafi’i

Katakepri.com, Jakarta – Khutbah Jumat adalah syarat sah diamalkannya sholat Jumat seperti dijelaskan Imam Nawawi dalam kitabnya Munhaj al-Thalibin wa ‘Umdatul-Muftin. Untuk itu, muslim perlu memahami apa saja yang termasuk dalam rukun khutbah Jumat.
Ada perbedaan pendapat dalam menyebutkan jumlah rukun-rukun khutbah Jumat sendiri di kalangan ulama mazhab. Untuk Mazhab Syafi’i, rukun khutbah Jumat berjumlah 5 rukun mulai dari memuji Allah SWT hingga berdoa untuk orang-orang mukmin.

5 Rukun Khutbah Jumat Menurut Mahzab Syafi’i
1. Memuji Allah SWT
Mengutip Syeikh Abdurrahman Al-Jaziri dalam Kitab Shalat Empat Mazhab, pujian tersebut disyaratkan mencakup lafal Jalalah (Allah). Dengan demikian, tidak cukup dengan mengucapkan, “Asykurullah,” atau “Alhamdu lirrohman,” dan sebagainya.

Boleh juga mengucapkan, “Alhamdulillah,” atau mengucapkan, “Inni haamidunlillah,” Rukun ini harus dilakukan dalam masing-masing khutbah pertama dan kedua.

2. Sholawat atas Nabi Muhammad SAW
Rukun khutbah Jumat selanjutnya adalah membaca sholawat atas Nabi Muhammad SAW dilakukan pada kedua khutbah. Bacaan yang dilafalkan juga harus mencakup lafal sholawat utuh.

Tidak cukup dengan mengucapkan, “Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat atas junjungan kami Muhammad SAW.”

Dalam membaca sholawat atas Nabi Muhammad juga tidak harus dengan menggunakan lafal “Muhammad”, tetapi cukup dengan menyebut salah satu di antara nama namanya yang ada.

3. Wasiat Takwa
Berwasiat atau berpesan supaya bertakwa kepada Allah dalam kedua khutbah sekalipun tidak dengan menggunakan lafal wasiat. Dengan demikian, cukup mengucapkan, “Taatlah kamu sekalian kepada Allah” dan tidak cukup dengan sekadar mengajak agar waspada terhadap dunia dengan segala tipu dayanya, tanpa mengimbau untuk berbuat taat.

4. Satu Ayat Al-Qur’an
Membaca satu ayat Al-Qur’an pada salah satu dari kedua khutbah. Namun, membacanya pada khutbah pertama lebih utama.

Disyaratkan pula hendaknya imam membaca ayat tersebut dengan sempurna atau sebagian dari ayat yang panjang. Kemudian, bacaan ayat juga dijelaskan agar dapat dipahami maknanya serta mempunyai maksud, seperti tentang janji baik, janji buruk, hukum, kisah, perumpamaan, dan tentang berita.

5. Doa untuk Orang Mukmin
Berdoa untuk orang-orang mukmin dan mukminat khususnya dalam khutbah kedua. Disyaratkan pula hendaklah doa itu menyangkut urusan keakhiratan, seperti doa tentang ampunan bila khatib hafal.

Jika tidak hafal, khatib cukup berdoa untuk rukun khutbah Jumat terakhir ini yang menyangkut urusan keduniaan dan hendaklah dalam doanya itu ia tidak mengabaikan para hadirin, misalnya dengan memaksudkan doa tersebut untuk orang lain. (Red)

Sumber : detik.com