The Tribal Marketing: The End of Classic Influencer Marketing

(Ilustrasi The Tribal Marketing)

Katakepri.com, JakartaOleh: Dr. Dita Amanah, MBA, Dosen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Mempertahankan pelanggan yang sudah ada bukan hal yang mudah bagi perusahaan. Dibutuhkan strategi yang tepat dalam penerapannya agar konsumen atau pelanggan tidak beralih ke produk atau perusahaan lain. Terlebih sekarang ini berbelanja secara online sudah menjadi kebiasaan disebabkan ramainya online shop yang bermunculan yang jika dianalisis lebih mendalam ditemukan penyebabnya yaitu jumlah pengunjung internet yang semakin meningkat dalam setiap waktunya. Kita semua mengetahui bahwa orang-orang memilih pembelian online karena fleksibilitas waktu dan tempat. Oleh karena kemudahan itu, bisnis online pun semakin berkembang pesat dan pebisnis perlu mempersiapkan strategi agar bisnis berjalan sesuai dengan harapan dan mendatangkan keuntungan berlipat ganda.

Salah satu strategi pemasaran online yang lazim diandalkan pebisnis adalah influencer marketing yaitu strategi pemasaran dengan memanfaatkan seseorang yang dianggap mampu mempengaruhi keputusan orang lain dalam pembelian barang atau layanan. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran konsumen terhadap merek tertentu dengan melakukan kolaborasi antara merek yang dimiliki perusahaan dengan influencer dari luar perusahaan. Media sosial merupakan wadah yang dianggap efektif dalam penerapan strategi ini dimana pebisnis online dapat mempromosikan produk sekaligus membangun reputasi. Implementasinya adalah, pebisnis online secara regular membuat konten-konten kreatif di media sosial agar menggugah persepsi konsumen yang diharapkan akan tertarik menjadi followers dan seterusnya membeli produk yang ditampilkan.

Muncul pertanyaan, apakah strategi influencer marketing tersebut masih relevan dengan keadaan konsumen dan menjamurnya bisnis online saat ini? Belum dapat dipastikan keefektifannya. Oleh karena itu, kita fahami terlebih dahulu strategi berikut ini untuk menentukan jawabannya, dimana strategi ini juga banyak dimanfaatkan perusahaan dalam menggali minat konsumen dan menganalisis konektivitas dengan konsumen. Strategi ini dikenal dengan tribal marketing. 

(Dr. Dita Amanah, MBA, Dosen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia)

Tribal marketing adalah suatu strategi pemasaran berbasis komunitas. Pada strategi ini, perusahaan melakukan segmentasi konsumen atas dasar kesamaan, minat dan kepercayaan. Strategi ini berkembang dengan alasan bahwa pembelian konsumen tidak lagi hanya berdasarkan brand equity (kehebatan produk) namun juga didasarkan kepada kesesuaian merek dengan nilai yang dianut konsumen. Milenial merupakan salah satu kelompok pembeli yang dianggap mementingkan persepsi ini. Jadi sebenarnya tribal marketing membantu perusahaan dalam mengeksplor apa yang dianggap penting bagi konsumen, sehingga pebisnis dapat membuat konten menarik di media sosial mereka yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Indonesia termasuk negara yang memiliki banyak komunitas, dan saat ini kebanyakan sudah memiliki akun di media sosial. Anggota komunitas ini pasti memiliki dorongan dan motif yang sama sehingga mereka tertarik untuk bergabung di dalamnya. Melalui media sosial, pebisnis online dapat memahami followers, membangun ikatan emosional dengan followers, melakukan segmentasi followers sehingga diharapkan akan tercipta harapan, wawasan dan peluang baru bagi pebisnis serta brand affinity (muncul kedekatan emosional antara merek dengan konsumen) yang bertujuan agar produk disenangi oleh konsumen. Tribal marketing membantu pebisnis mengetahui alasan konsumen tergabung dalam suatu komunitas, keyakinan atau nilai-nilai yang menyatukan mereka, hobi, kepribadian dan perbedan lainnya dari anggota komunitas di media sosial yang dimiliki pebisnis online.

Pembahasan kedua strategi ini membawa kita pada suatu pendapat bahwa tribal marketing lebih fokus kepada dialog perusahaan dengan konsumen dan terjadi customer engagement. Pendekatan dialog diyakini sebagai komunikasi yang efektif di era digital dalam berbisnis jika ditinjau dari tribal marketing. Sementara pada influencer marketing, perusahaan memilih seseorang untuk mempengaruhi kesadaran konsumen yang mengindikasikan kepada terjadinya pembelian.

Jika dilihat secara konseptual, maka kedua strategi ini memiliki pandangan dan penekanan yang berbeda. Oleh karena itu pebisnis dapat memilih strategi yang sesuai dengan barang atau layanan yang ditawarkan, konsumen sebagai target pasar, pesaing yang dihadapi serta analisis faktor lingkungan lainnya, sehingga dapat ditemukan dan diimplementasikan strategi yang efektif bagi perusahaan. (Red)

Sumber : swa.co.id