Katakepri.com, Jakarta – Drone tempur telah menjadi senjata yang mujarab bagi militer Ukraina untuk menahan Rusia, terutama dengan Bayraktar TB2 buatan Turki. Namun jika benar Amerika Serikat akan mengirimkan salah satu drone buatannya yang paling menakutkan, Bayraktar TB2 dinilai seperti mainan jika dibandingkan.
Dalam kabar terbaru, Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat, Oksana Markarova, menyatakan pada Washington Post bahwa dia telah bertemu dengan produsen drone General Atomics untuk membicarakan kemungkinan drone mereka diperbantukan untuk Ukraina.
General Atomics adalah produsen drone tempur Predator dan suksesornya yang powerful, Reaper. Kedua drone itu adalah andalan Amerika Serikat dalam berbagai pertempuran yang dilakoninya.
Pesawat Pengebom Tu-22M Dikerahkan Rusia Bombardir Ukraina
“Kami berdiskusi dengan General Atomics tentang prospek untuk meningkatkan kapasitas Angkatan Bersenjata Ukraina dan juga mengenai kondisi terkini di Ukraina,” kata dia, seperti dikutip detikINET dari Eurasiantimes, Selasa (19/4/2022).
Tidak disebutkan apakah ia meminta bantuan drone Predator dan Reaper, tapi mungkin saja demikian. Juru bicara General Atomic, Mark Brinkley, menyebut bahwa pengiriman semacam itu tentu harus mendapat izin dari pemerintah AS.
“Kami punya pesawat yang tersedia sekarang untuk segera dikirim. Dengan dukungan dari pemerintah AS, pesawat itu bisa berada di tangan Ukraina dalam hitungan hari,” kata dia.
Jika benar Ukraina mendapat drone itu, akan sangat membantu mereka. Drone Reaper misalnya, bisa membawa beban sampai 1,7 ton, 10 kali lipat dibandingkan Bayraktar TB2.
Dikendalikan oleh pilot secara remote, MQ-9 Reaper bisa terbang sampai sekitar 400 kilometer per jam dan dapat menyerang di lokasi manapun serta memperlihatkan tayangannya. Tentunya, drone ini juga dapat melakukan misi pengintaian.
Reaper yang ongkos pembuatan satu unitnya ini USD 64 juta (Rp 893,4 miliar) dapat membawa sampai 4 misil Hellfire canggih dengan daya ledak dahsyat dan dipandu laser. Penerbangan drone ini hampir-hampir tak menimbulkan suara sehingga target serangan tak menyadarinya.
Reaper dapat terbang hingga 30 jam, tapi turun sampai 23 jam jika membawa persenjataan penuh. Reaper dibekali dengan sistem sensor dan radar canggih. Sistem MTS-B (Multi-Spectral Targeting System) misalnya, dapat melacak target yang bergerak cepat.
Drone Reaper dapat terbang sampai ketinggian 15 kilometer sehingga ideal untuk pengintaian dan mendukung tentara di bawah. Diperkenalkan pada Mei 2007, drone Reaper telah digunakan Amerika di Afghanistan, Irak sampai Afrika.
Pada awal tahun 2020, Komandan Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, tewas dalam serangan misil yang ditembakkan lewat drone Reaper.
Waktu itu, MQ-9 Reaper meluncurkan misil Hellfire yang dipandu laser, mengarah dengan tepat dan menghancurkan konvoi mobil Soleimani. Diketahui MQ-9 Reaper antara lain diterbangkan dari markas US Central Command yang berlokasi di Qatar. (Red)
Sumber : detik.com