Batam Diguyur Hujan Es, BMKG Imbau Warga Tanjungpinang – Bintan Untuk Waspada

(Foto ilustrasi)

Katakepri.com, Tanjungpinang – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang mengingatkan warga masyarakat Pulau Bintan (Tanjungpinang – Bintan) untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem.

Imbauan atau peringatan yang diberikan BMKG ini berdasarkan kejadian atau fenomena hujan es yang terjadi di daerah Dapur 12, Kecamatan Sagulung, Batam, Kepri, pada Selasa (29/03) semalam.

“Mengingat adanya potensi cuaca ekstrem, maka kami menghimbau kepada masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca yang kami berikan setiap harinya melalui media sosial kami @bmkgtanjungpinang,” ucap Prakirawan BMKG Tanjungpinang, Hayu Nur Mahron.

Meskipun fenomena hujan es itu sulit untuk diprediksi karena kejadiannya sangat lokal, namun disini Mahron tetap mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap awan yang tumbuh dengan dasar awan yang gelap (awan Cumulonimbus) itu.

“Hal ini karena awan itu sangat berpotensi mengakibatkan terjadinya hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang, atau bahkan hujan es sewaktu-waktu,” ujarnya.

Secara ilmiah hujan es sendiri menurut Mahron merupakan fenomena cuaca ekstrem yang memang ada di wilayah Indonesia khususnya.

Fenomena hujan es merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal dan ditandai dengan jatuhnya butiran es dari awan, dan biasanya disertai hujan lebat, petir, dan angin kencang.

Secara umum, fenomena hujan es disebabkan oleh adanya awan Cumulonimbus yang pertumbuhannya masif atau signifikan.

Hal ini biasanya disebabkan oleh kondisi atmosfer yang labil dan umumnya terjadi di masa peralihan musim, karena pada waktu tersebut terdapat pertemuan massa udara basah dan kering di atmosfer lebih sering terjadi.

Selain itu juga didukung oleh adanya pasokan uap air yang banyak ditandai dengan suhu muka laut yang hangat dan anomali suhu muka laut yang positif.

Berdasarkan pantauan kami, untuk suhu muka laut di wilayah Pulau Batam, Bintan dan sekitarnya berkisar 29 – 31 derajat celcius dengan anomali positif hingga +2 derajat celcius.

Kondisi muka laut yang hangat ini meningkatkan pasokan uap air di wilayah Pulau Batam, Bintan dan sekitarnya.
Kondisi tersebut menyebabkan atmosfer labil dan berpotensi tinggi untuk tumbuhnya awan Cumulonimbus yang masif dan signifikan.

Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan konvektif jenis Cumulonimbus (Cb) yang umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi yang menandakan bahwa adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut sehingga dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar.

Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan Cb atau yang dikenal dengan istilah downdraft dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar yang terbentuk dipuncak awan Cb tersebut turun ke dasar awan hingga keluar dari awan dan menjadi fenomena hujan es.

Kecepatan downdraft dari awan Cb yang signifikan dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara, dan bahkan ketika sampai jatuh ke permukaan bumi pun masih dalam berbentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es.

Hal inilah yang menyebabkan mengapa fenomena hujan es selalu diiringi angin kencang di wilayah Indonesia pada umumnya. (Angga)