Katakepri.com, Jakarta – Cuka dikenal dengan rasanya yang asam, namun tahukah kamu kalau Rasulullah SAW menyebutkan bahwa cuka adalah sebaik-baiknya lauk?
Cuka merupakan salah satu bumbu dapur yang memiliki rasa asam. Ada banyak jenis cuka, tapi yang pasti cuka dibuat dengan melewati proses fermentasi.
Biasanya berupa cairan manis yang difermentasi untuk menghasilkan etanol atau bakteri asam asetat. Bahan-bahan yang digunakan adalah kelapa, kesemek, beras, madu, kurma dan lainnya.
Cuka pun sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan saat itu, cuka dijadikan sebagai pengganti lauk sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW.
1. Kisah Nabi Muhammad SAW Makan Cuka Sebagai Lauk
Kisah Nabi Muhammad SAW ini diceritakan oleh sahabat NabiJabi JabirIbnAbdullah. Suatu hari, Rasulullah SAW ingin makan dan meminta lauk kepada keluarganya.
Namun sayangnya, saat keluarga keluarga Rasulullah SAW tidak memiliki apa-apa. “Kita tidak punya apa-apa kecuali cuka,” ujar keluarga Rasul.
Meskipun begitu, Rasulullah SAW tetap meminta cuka tersebut. Kemudian beliau pun langsung memakan cuka dan bersabda, “Sebaik-baiknya lauk adalah cuka,” (HR. Muslim no. 2052).
2. Makan Cuka Demi Menyenangkan Perasaan Istri
Sebenarnya, saat zaman Rasulullah SAW masih banyak makanan yang jauh lebih baik dijadikan lauk daripada cuka. Seperti sayur, daging, roti, kurma dan lainnya.
Lantas mengapa Nabi Muhammad SAW memakan cuka? Hal itu disebutkan sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT. Selain itu juga maksudnya untuk menyenangkan perasaan sang istri.
Dalam ajarannya, Rasulullah SAW selalu menegaskan untuk tidak mencela makanan. Juga selalu memperlakukan istri dengan sebaik mungkin.
3. Cuka Disukai Para Sahabat Nabi
Dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa cuka adalah sebaik-baiknya lauk, Al-Khaththabi dan al-QadhiibnIyadh menyatakan bahwa makna hadits tersebut adalah:
“Pakailah cuka dan sejenisnya sebagai idam (lauk) yang biayanya ringan dan tidak sulit didapat,”.
Sementara itu, Ibnu Muflih menyatakan bahwa hadits tersebut merupakan sebuah pujian terhadap cuka secara global. Semenjak mengetahui keutamaan cuka, banyak para sahabat Nabi yang juga menyukainya.
Bahkan mereka berlomba-lomba mengikuti kebiasaan Nabi Muhammad SAW yang suka makan cuka. Salah satunya Jabir RA yang tidak henti-hentinya menyukai cuka sejak mendengarnya dari Rasulullah SAW.
“Thalhah ibn Nafi’ juga berkata, “Aku tidak henti-hentinya menyukai cuka semenjak aku mendengarnya dari Jabir,” (Riwayat Muslim).
4. Manfaat Cuka
Seperti yang telah disebutkan bahwa cuka sudah ada sejak zaman kuno. Saat itu, cuka digunakan untuk metode pengawetan beberapa bahan makanan.
Mulai dari daging, sayur, dan buah-buahan. Di dalam cuka terdapat kandungan antiseptik yang dapat berperan untuk membersihkan dan mensterilkan luka.
Salah satu jenis cuka yang ada saat itu adalah cuka apel. Selama Perang Saudara Amerika hingga akhir Perang Dunia I, cuka apel itu digunakan untuk mengatasi sakit kepala.
Selain itu juga dipakai untuk berkumur-kumur untuk meredakan sakit gigi. Bukan hanya itu, cuka juga dimanfaatkan untuk membantu pencernaan.
Biasanya orang Arab mengonsumsi cuka sebagai teman makan roti. Kemudian juga dipadukan dengan minyak zaitun. Kebiasaan itu sering dilakukan oleh Umar bin Khaththab RA dan Utsman bin Affan RA.
5. Proses Fermentasi Cuka Halal
Cuka dibuat dengan melewati proses fermentasi. Itu halal jika bahan-bahan yang digunakan pun halal, seperti sereal, buah-buahan, kurma dan lainnya.
Namun, jika cuka berasal dari khamr atau sesuatu yang memabukkan, kemudian diolah dengan tangan manusia menjadi cuka, maka itu haram.
Sementara jika khamr berubah dari cuka dengan sendirinya atau dalam proses secara alami, maka itu suci dan halal. Intinya jika menghasilkan alkohol yang bukan berasal dari khamr, maka cuka itu halal. (Red)
Sumber : detik.com