Katakepri.com, Abu Dhabi – Anyone Can Cook (ACC), demikian nama komunitas yang mewadahi diaspora Indonesia di Abu Dhabi, Ibu Kota Uni Emirat Arab (UEA). Komunitas yang didirikan pada 17 September 2014 inilah yang memperkenalkan produk-produk lokal Indonesia kepada masyarakat internasional.
Pendirian ACC digagas oleh Irene Darryl. Sang founder awalnya merancang komunitas tersebut sebagai wadah untuk saling berbagi informasi kepada sesama warga negara Indonesia (WNI) di Abu Dhabi.
“Seringkali diaspora Indonesia yang baru datang ke Abu Dhabi kebingungan dimana bisa membeli bahan masakan dan makanan Indonesia, juga bagaimana tata cara mengurus surat izin mengemudi atau cara mendaftar vaksin di rumah sakit dan berbagai pertanyaan lainnya,” katanya.
“Pertanyaan tersebut akan terselesaikan dengan mudahnya begitu dibagikan ke dalam forum komunikasi komunitas ini. Semua anggota akan saling bahu-membahu membantu anggota baru agar bisa segera beradaptasi,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan komunitas ini semakin berkembang. Kerinduan akan kuliner kampung halaman menjadi hal yang tidak terelakkan. Beberapa anggota berinisiatif menawarkan masakannya di komunitas ini.
Irene Darryl, perempuan lulusan STP Bandung ini menambahkan, “Walaupun yang titip di masakan adalah teman-teman sendiri, mereka melakukan transaksi ini dengan professional. Harga jual dihitung dengan seksama, disesuaikan dengan harga bahan dan tenaga yang dikeluarkan untuk memasak. Jadi anggota grup ini tidak hanya sekadar menghasilkan masakan yang lezat, tapi juga belajar memanajemen sebuah usaha.”
Menyadari perubahan dan perkembangan ini, Irene kemudian diminta para anggota ACC untuk menyelenggarakan pelatihan. Berbekal pengalaman kerjanya di Hilton Gatwick, London, Irene dengan senang hati mengadakan berbagai event bimbingan untuk meningkatkan kapabilitas anggotanya, baik itu cara berkomunikasi, cara menangani keluhan pelanggan dan lain sebagainya.
Komunitas ACC juga memfasilitasi anggota yang sekiranya senang membagikan ilmu dan keterampilannya. Di antaranya dengan mengadakan kelas memasak, membuat kue dan juga kelas pembuatan sabun.
Bahkan di saat pandemi COVID-19 melumpuhkan kegiatan banyak pihak, komunitas ini sukses mengadakan “Online Food Bazaar: Festival Kuliner Indonesia” yang melibatkan delapan UKM, 17 menu dengan harga 45 dirham dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia.
Saat ini anggota komunitas ACC mencapai 300 orang. Sebagian besar didominasi oleh ibu rumah tangga yang juga memiliki semangat untuk membanggakan Indonesia dengan melakukan diplomasi melalui kuliner. Diplomasi kuliner dipilih karena merupakan sarana promosi paling mudah yang dapat diterima oleh berbagai kalangan.
Dia mencontohkan, jamu kunyit asam buatan Kristantinah Chika yang mendapat sambutan positif tidak hanya dari warga Indonesia tapi juga masyarakat internasional, baik itu warga negara Malaysia, India bahkan Portugal. Chika menuturkan bahwa dia tidak hanya ingin mengenalkan jamu sebagai minuman yang menyehatkan, namun juga warisan budaya bangsa.
“Di tengah kesibukan saya mengurus dua anak, saya menyempatkan diri untuk memproduksi jamu. Harapan saya, masyarakat internasional tahu bahwa Indonesia tidak hanya punya batik dan rendang tapi juga jamu,” katanya.
Demografi penduduk UEA yang 85% didominasi oleh pendatang dari berbagai negara menjadi kesempatan berharga bagi anggota komunitas ACC untuk belajar memperkaya wawasan tentang kebudayaan dan kuliner negara lain. Di antaranya Nenden Setiawati dan Fitri Mutia yang mengembangkan bisnis kulinernya ke tanah air.
Menggunakan merk dagang “Nenz Gourmet”, Nenden menjual berbagai macam kue dan roti yang sempat dia pelajari di Abu Dhabi. Begitu pula Syahfitri Mutia yang setelah 11 tahun menetap di Abu Dhabi, memutuskan untuk berkarya di ibu pertiwi. Cinnamon Roll, Nasi Kabsah dan Nasi Biryani buatan tangannya dapat dipesan melalui akun Instagram @feed.three.
Di luar bidang kuliner, Ken Debby, anggota ACC lainnya, merintis bisnis fashion dengan menggunakan kain batik sebagai bahan utamanya. Dia mengungkapkan bahwa produknya tidak hanya diminati oleh masyarakat Indonesia, tapi juga warga Prancis, Italia, Amerika Latin, dan lain sebagainya. Tidak kurang 15 perajin lokal yang terlibat dalam bisnis fashion miliknya.
“Mereka mengagumi keunikan motif batik serta aksesori lokal yang berasal dari Solo, Klaten, Garut dan Bali,” ujarnya.
Memasuki usia tujuh tahun, komunitas ACC ingin terus bisa memberikan sumbangsih kepada masyarakat. Salah satunya dengan mengadakan demo memasak “Lontong Sayur Palembang” secara online yang akan diadakan pada Kamis (9/9/2021). Indah Septarina akan membagikan tips dan trik dalam membuat lontong menggunakan rice cooker.
“Dengan menggunakan alat yang sederhana, rasa yang dihasilkan tidak kalah enak dengan lontong yang dibungkus menggunakan daun,” kata Irene.
Indah sendiri berasal dari Palembang. Sejak dua tahun terakhir, Indah aktif memperkenalkan kuliner Kota Palembang di Abu Dhabi. Tidak banyak orang yang tahu bahwa kuliner Palembang bukan hanya Pempek dan Tekwan, tapi juga ada Nasi Samin, Pindang Tulang dan Laksa yang berhasil dikenalkan Indah ke masyarakat Indonesia yang tinggal di Abu Dhabi.
Suksesnya komunitas ACC juga tidak lepas dari peran KBRI Abu Dhabi yang seringkali mempercayakan kebutuhan konsumsinya ke para anggota komunitas ACC.
Berkat aktivitas tersebut, Ayu Saraswati, salah satu anggota komunitas ini dipercaya oleh GulfNews, media terbesar di UEA untuk membagikan opini dan resepnya di koran tersebut. Resep Sate Padang milik perempuan kelahiran Sidoarjo ini juga sempat digunakan oleh salah satu hotel bintang 5 di Kota Dubai. Produk kue kering miliknya juga dijual disalah satu coffee shop di Abu Dhabi dan menarik minat masyarakat lokal.
“Saya sangat bersyukur nama komunitas ini sudah mulai dikenal di luar Abu Dhabi. Kami sering mendapat pertanyaan di media sosial, apakah komunitas Anyone Can Cook punya cabang di negara lain? Jika hal tersebut bisa tercapai tentu saya akan senang sekali, karena diaspora yang merantau keluar negeri ini semuanya sama, jauh dari keluarga. Jadi semoga komunitas sejenis ini dapat bertumbuh secara sporadis, menjadi support system bagi perantau Indonesia dimanapun ia berada,” ujar Irene. (Red)
Sumber : sindonews.com