Katakepri.com, Jakarta – Indonesia diprediksi akan memimpin pasar IT Asia Pasifik dalam 4 tahun. Indikatornya adalah kondisi New Normal pasca COVID-19 dan layanan cloud.
Ini adalah laporan terbaru dari Boston Consulting Group (BCG) dan Cisco seperti diberitakan The Star Malaysia yang dilihat Senin (30/8/2021). Laporan menunjukkan proyeksi belanja IT Indonesia akan tumbuh 13% dari compound annual growth rate (CAGR) pada 2024.
Dalam ukuran uang, belanja IT ini akan mencapai USD 6 miliar (Rp 86,1 triliun). Tingkat pertumbuhan ini mengalahkan India (12% CAGR) dan Malaysia (10% CAGR).
“Indonesia adalah pasar IT dengan pertumbuhan tercepat di Asia Pasific, Jepang dan China,” kata Presiden CISCO Asean, Naveen Menon.
Apa pemicunya? Pandemi COVID-19 rupanya mendorong penggunaan layanan cloud untuk banyak perusahaan di Indonesia. Selain itu kehidupan New Normal mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia dari belanja online, belajar online dan work from home.
Data dari Gartner memproyeksikan pada 2024 nanti, 52% belanja IT Indonesia akan dipakai untuk layanan cloud. 48% Sisanya untuk infrastruktur IT on-site.
Google Cloud, Microsoft, Alibaba, Amazon Web Services (AWS) sudah tertarik membangun data center di Indonesia. Kelemahannya menurut IBM Indonesia dan Google Cloud Indnesia adalah masalah keamanan siber, biaya tinggi dan keterbatasan SDM.
Survei terpisah dari Baker McKenzie kepada 800 pelaku bisnis dari 8 negara Asia pasifik menyebutkan 84% bisnis di Indonesia terdisrupsi pada tahun lalu. Sehingga ada kebutuhan mendigitalisasi bisnis mereka.
Meskipun pertumbuhannya akan jadi yang tertinggi, jumlah belanja IT di Indonesia pada 2024 akan berada di 11 tertinggi di Asia Pasifik. Jepang akan jadi negara dengan jumlah belanja IT tertinggi di Asia Pasifik dengan jumlah USD 155 miliar (Rp 2.225 triliun).
Secara umum, belanja IT di kawasan Asia Pasifik akan tumbuh 8% CAGR menjadi USD 475 miliar (Rp 6.820 triliun) pada 2024 didorong belanja layanan cloud. Ekonom dari Economist Intelligence Unit, Simon Baptist mengatakan ukuran pasar yang besar di Indonesia cukup seksi untuk investasi teknologi digital.
“Tantangan untuk Indonesia adalah nasionalisme data, pemerintahnya melarang perusahaan untuk menampung semua data dan ada larangan memindahkan data ke luar negeri. Ini akan membatasi proses adopsi teknologi,” kata dia. (Red)
Sumber : detik.com