Sulitnya Menjual Hewan Kurban saat Pandemi

Katakepri.com, Jakarta – Peternak gelisah, tahun ini penjualan hewan kurban diprediksi tak akan memberikan banyak keuntungan. Menjual hewan kurban makin sulit di tengah pandemi, jumlah permintaan pun disebut akan turun. Penyebab utamanya adalah daya beli masyarakat yang melemah di tengah pandemi.

Menurut Ketua Dewan Pengurus Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro saat ini masyarakat yang masih berminat membeli hewan kurban pun kebanyakan mencari hewan dengan harga yang murah.

Sebagai contoh, untuk permintaan sapi saja kebanyakan masyarakat mencari yang di bawah Rp 23 juta. Padahal, kebanyakan sapi harganya jauh lebih mahal dari itu.

“Sehubungan dengan demand menurun, memang daya beli turun. Hewan kurban yang diminati pun relatif kecil. Banyak yang cari harga di bawah Rp 23 juta syaratnya yang penting gemuk dan dewasa, gigi permanen tumbuh dua. Padahal sapi lain itu di atas segitu jadi kurang diminati,” papar Nanang dalam diskusi virtual FMB 9, Senin (12/7/2021).

Di sisi lain, saat ini juga telah terjadi penurunan 50% permintaan hewan kurban di tingkat pedagang hewan kurban dadakan. Itu pun para pedagang juga sudah mengurangi jumlah pasokan hewan yang dijualnya.

“Di H-8 saja nih, permintaan masih banyak di bawah 50% dari yang disiapkan. Padahal pedagang di lapangan juga mengurangi jumlah stok di lapangan,” ungkap Nanang.

Hal ini juga diamini, Haji Doni, pemilik Mal Hewan Kurban di Depok, menurutnya saat ini kebanyakan orang mencari harga sapi di bawah Rp 20 juta. Tak penting apa jenisnya, selama itu hewan kurban harganya di bawah Rp 20 juta maka akan laku.

“Jenis apapun ya nggak masalah, yang lagi hits ini budget mereka ini cuma ada Rp 20-21 juta itu lagi rame. Sapi apa segitu harganya,” kata Doni dalam diskusi yang sama.

Karena hal tersebut, dia mengaku pusing untuk menjual sapi-sapi yang besar, macam sapi limosin misalnya. Menurut Doni, harga sapi-sapi itu jauh lebih mahal daripada yang banyak diminta di pasaran.

“Nah ini kita pusing kalau sapi limosin kan nggak mungkin segitu kan mau jual bagaimana? Memang sekarang ini apapun jenisnya nggak penting, baik limosin, sapi bali, yang penting orang cari harganya sekarang,” papar Doni.

Sementara itu, pemerintah sendiri memprediksi akan ada penurunan permintaan sebesar 10% untuk hewan kurban tahun ini.

Direktur Kesehatan Hewan Ditjen PKH Kementan Nuryani Zainuddin memperkirakan jumlah permintaan hewan kurban di Idul Adha tahun ini hanya sekitar 1,5 juta hewan kurban. Angka prediksi itu turun dari realisasi penjualan hewan kurban di Idul Adha tahun lalu yang mencapai 1,68 juta ekor.

“Diprediksi di 2021 menurun 10%, ada kemungkinan penurunan pemotongan terkait hewan kurban. Kurang lebih sisa 1,5 juta ekor lah mencakup sapi, kerbau, kambing, dan domba,” ungkap Nuryani dalam diskusi yang sama.

Bila bicara stok hewan kurban, dia menjamin akan cukup menutupi kebutuhan tahun ini, bahkan bisa berlebih. Nuryani memaparkan ada 1,76 juta hewan kurban secara nasional, mulai dari sapi, kerbau, kambing, hingga domba.

Masih bicara stok, peternak sekaligus pedagang hewan kurban seperti Haji Doni juga mengaku stok hewan kurban memang banyak. Penyebabnya, banyak sapi yang tidak laku di musim kurban tahun lalu.

Dia mengatakan sapi-sapi yang tidak laku itu bakal dijual lagi tahun ini. Doni mengaku terpaksa merawat dan menawarkan kembali sapi-sapi itu tahun ini. Jika tidak, kerugiannya akan lebih besar kalau hanya menjual dalam bentuk daging yang sudah dipotong.

“Stok kita memang cukup banyak. Karena 2020 itu banyak juga hewan tak terjual sebenarnya, kalau nggak kita jual lagi dan mau dipotong mereka ini rugi,” ungkap Doni.

Menurutnya bila sapi-sapi yang tak laku itu dijual dalam bentuk daging, kemungkinan juga tidak akan laku di pasar. Sudah banyak beredar daging kerbau impor dari India yang lebih murah harganya.

“Karena impor daging kerbau itu banyak, dan daging kerbau ini murah, dia akan berhadapan dengan daging kerbau 7 ribu per kilo. Kalah kita. Jadi kalau harus potong dijual daging ruginya akan besar,” ungkap Doni.

Hal itu bukan cuma dirasakan olehnya, menurut Doni, banyak juga peternak hewan kurban yang sapinya tidak laku di 2020. Ujungnya, kini para peternak mulai enggan memelihara dan beternak sapi lagi untuk dijual sebagai hewan kurban.

“Justru jadinya banyak peternak nggak mau piara sapi lagi karena hal ini,” pungkas Doni. (Red)

Sumber : detik.com