Katakepri.com, Tanjungpinang – Terpaparnya 27 orang santri di Pondok Pesantren Al-Kautsar belum lama ini menjadi cerminan bagi pemerintah daerah, wali murid dan pengelola tempat pendidikan nonformal di Tanjungpinang bahwa Covid-19 itu nyata, dapat menyerang siapa saja termasuk anak-anak.
Dilansir dari m.mediaindonesia.com, usia anak ternyata rentan terhadap Covid-19. Hal ini berdasarkan temuan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) baru-baru ini yang menunjukan angka kesakitan dan kematian anak akibat virus Covid-19 di Indonesia terbilang tinggi.
“Tidak benar kelompok usia anak tidak rentan terhadap covid-19 atau hanya akan menderita sakit ringan saja,” ujar Ketua Umum IDAI Aman Bhakti Pulungan beberapa waktu lalu.
Merujuk pada insiden dan temuan IDAI tersebut, Kementrian Agama (Kemenag) Kota Tanjungpinang melalui Kepala Seksi (Kasi) Pendidikan Islam, Fajri Mubarak mewanti-wanti sekolah maupun tempat-tempat pendidikan agama baik itu formal maupun nonformal yang dinaungi Kemenag untuk meningkatkan kedisiplinan akan Prokes.
“Atas kejadian 27 santri yang terpapar Covid-19 kita mengingatkan kepada madrasah, Taman Pendidikan Alqur’an (TPQ) serta pondok pesantren untuk lebih memperketat pengawasan dan kedisiplinan akan Prokes,” ucap Fajri.
Tidak hanya itu, ia juga meminta wali murid, sekolah dan tempat-tempat pendidikan agama formal maupun nonformal untuk bersabar mengikuti aturan yang diterapkan pemerintah daerah menunda pembelajaran tatap muka sesuai Permendagri No 13 Tahun 2021.
“Karena saat ini grafik Covid-19 menunjukan peningkatan (zona merah red) hendaknya wali murid, sekolah serta tempat-tempat pendidikan agama dapat bersabar. Ikuti saja aturan yang diterapkan, meskipun kita ketahui bahwa pembelajaran daring ini tidak cukup efektif karena hal-hal tertentu, seperti gangguan sinyal dan tidak semua murid mempunyai gagdet,” sebutnya.
Oleh karen itu, Fajri dalam hal ini menghimbau guru-guru yang belum divaksin untuk segera mengikuti vaksinasi. Berdasarkan data yang ia berikan diketahui bahwa baru sebagian guru yang mengikuti vaksinasi.
“Untuk guru madrasah yang kita usulkan divaksin sebanyak 319 orang, sementara guru TPQ 486 orang. Sebagian guru tersebut sudah melakukan vaksin melalui kuota masyarakat umum,” sebut Fajri.
Disamping itu, wacana Pemda untuk melakukan vaksinasi terhadap anak juga dinilainya cukup membantu. Oleh karenanya Fajri berharap wacana itu dapat segera direalisasikan.
“Kita mendukung dan berharap wacana Pemda melakukan vaksinasi anak segera dilakukan agar pembelajaran tatap muka bisa segera dilaksanakan,” tandas Fajri. (Angga)