Katakepri.com, Jakarta – Ada banyak aplikasi buatan anak Indonesia yang mencuri perhatian Apple. Leastric salah satunya, aplikasi ini bantu pengguna untuk dapat menghemat penggunaan listrik, baik di rumah maupun tempat usaha.
Leastric awalnya merupakan tugas akhir Marilyn Parhusip bersama beberapa rekannya di Apple Developer Academy. Namanya diambil dari gabungan kata lease lease electricity.
“Istilahnya sedikit menggunakan listrik, jangan banyak-banyak,” ujar Marilyn saat berbincang dengan detikINET, Selasa (8/6/2021).
Berdirinya Leastric bermula masalah yang dihadapi Marilyn dan rekan-rekannya. Jadi sepulang dari Australia, dia mendapat ibunya marah-marah lantaran tagihan listrik yang melonjak drastis. Biasa membayar Rp 500 ribu berubah menjadi Rp 1 juta, padahal secara pemakaian tidak berbeda.
Marilyn coba mengurus hal tersebut ke PLN, sayang prosesnya penuh liku. Akhirnya dia berinisiatif untuk menghitung semuanya secara manual untuk melihat pemakaian listrik di rumah ibunya.Tiga bulan lamanya mengurus tagihan yang tidak sesuai dengan penggunaan, alumnus Atma Jaya ini akhirnya menemukan biang Keladinya.
Masalah tersebut diutarakan ke rekan satu timnya, tak disangka kejadian serupa dialami mereka. Singkat cerita permasalahan akhirnya mencetuskan ide untuk membuat Leastric.
Leastric Foto: dok Leastric |
Dijelaskan Marilyn, Leastric memberikan solusi untuk melakukan pencatatan listrik yang digunakan. Selain itu memungkinkan pengguna membandingkan pemakaian dari bulan sebulannya, dan memastikan tagihan listrik.
“Leastric dapat melihat perangkat mana yang paling boros mengonsumsi listrik. Selain itu memonitor berapa listrik yang sudah dipakai untuk memastikan bisa tidak menyolok alat baru, sehingga terhindar mati mendadak,” terangnya.
Untuk memantau, Leastric memasang alat khusus yang mengumpulkan data penggunaan listrik. Data tersebut ditampilkan pada aplikasi yang tersedia di App Store maupun Play Store.
Namun jebolan University Technology Sydney ini menegaskan kalau Leastric bukan alat penghemat listrik secara harfiah. Tapi, aplikasi ini membantu perencanaan konsumsi listrik sehingga mengurangi penggunaan yang tidak diperlukan.
Dicontohkan, aplikasi Leastric menampilkan tiga perangkat yang paling besar konsumsi listriknya. Misalnya pengguna ingin mengurangi 5%, mereka cukup mengurangi penggunaan tiga alat tadi.
Nantinya aplikasi akan memberi saran untuk mengurangi penggunaan selama dua jam per hari. Dengan begitu konsumsi listrik akan berkurang dari sebelumnya.
“Alat kami hanya bisa membantu, bukan berarti yang menurunkan. Nah yang menurunkan adalah habitnya pengguna,” tegas Marilyn.
Dipuji Apple
Leastric saat dipresentasikan di hadapan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro. Foto: dok Leastric |
Berangkat dari masalah pencatatan listrik, Marilyn dan rekan sekelompok di Apple Developer Academy kemudian mengembangkan Leastric. Pihak mentor memberi tenggat waktu tiga bulan pengembangan menjadi sebuah aplikasi dan bisa dipamerkan.
Ini menjadi tantangan berat, karena mereka tidak hanya menyiapkan aplikasi tapi juga perangkat untuk bantu pemantauan. Awalnya mereka memodifikasi alat yang ada di pasaran, sayangnya tidak bisa digunakan.
Akhirnya mereka bikin alat sendiri. Agar semuanya bisa rampung tepat waktu, kelompok Marilyn pun memecah tugas.
“Kelompok kami yang anggota enam orang dibagi dua, sebagian ngerjain device, sebagian lagi menggarap aplikasi dengan waktu bersamaan. Titik point bertemu ketika device itu bisa kirim data ke aplikasi, sebaliknya aplikasi bisa mengambil data dari device. Itu semua dalam tiga bulan,” cerita Marilyn.
Kelompok Marilyn mendapat kejutan di sebulan terakhir deadline. Mentornya memberikan tambahan tantangan agar aplikasi yang mereka buat dapat menghidupkan dan mematikan perangkat.
Berkat semangat dan tekad yang kuat, semua tantangan yang diberikan dapat diselesaikan. Kerja keras mereka pun diganjar pujian dari Apple dengan memasukan Leastric dalam daftar spotlight. Mereka yang masuk spotlight ini diminta untuk mempresentasikan aplikasinya di hadapan menteri.
“Jujur kami tidak menyangka, karena tidak berharap itu. Karena cuma kami ingin memberi yang terbaik,” kata perempuan yang hobi menari ini.
Ketika dipresentasikan, banyak pujian diberikan. Bahkan ada seorang pebisnis yang sudah langsung ingin memasang Leastric. Tak sampai di situ, beberapa venture capital menganjurkan Leastric dijadikan startup karena punya potensi besar.
Leastric Foto: dok Leastric |
“Kami tidak menyangka responnya sebesar itu, tak kepikiran sampai di situ (menjadi startup). Padahal kami membuat karya untuk sekadar tampil dan lulus,” kenang Marilyn.
Dari sana, Marilyn bersama rekannya berembuk menentukan nasib Leastric, apakah karya yang mereka buat itu akan diteruskan ke tahap selanjutnya atau tidak. Akhirnya semua sepakat untuk meneruskan.
Leastric sempat dimasukkan ke program inkubator Telkom Indigo dan berhasil mendapatkan dana untuk pengembangan. Dana tersebut memang bisa membuat Leastric ‘bernafas lebih panjang’, namun tantangan berat kembali dihadapi. Bersamaan dengan pengembangan layanan Leastric, COVID-19 menghantam Indonesia.
“Jadi susah datang ke customer karena terbatas. Beberapa bisnis yang awalnya mau berkolaborasi akhirnya lepas karena COVID-19,” kata Marilyn.
Berbekal dana yang dimiliki, Leastric akhirnya memfokuskan diri pada pengembangan. Selain itu mereka melakukan uji coba ke konsumen untuk melihat apakah solusi mereka dibutuhkan.
Hasilnya masyarakat memang membutuhkan solusi tersebut, tapi sayangnya kerelaan untuk membayar kurang. Mendapati fakta tersebut, Leastric coba mengalihkan target market mereka, dibidiklah segmen bisnis.
Leastric Foto: dok Leastric |
Ternyata keputusan tersebut tepat, sebab banyak pelaku bisnis membutuhkan solusi pemantauan listrik. Akhirnya kini pengguna Leastric adalah pemilik kost-kostan, apartemen, hotel dan lainnya.
Kendati begitu, Leastric tidak menutup diri bila ada konsumen rumahan ingin menginstalasi solusi yang mereka berikan.
“Walaupun saat ini fokus di segmen bisnis, tapi kami tetap mengembangkan di perumahan. Kami akan menambahkan value added agar dapat melihat seberapa mereka bisa hemat. Tetap mengubah behaviour, namun dapat mereka rasakan langsung (hematnya),” pungkas Marilyn. (Red)
Sumber : detik.com