Sulap Garam Jadi Produk Spa, Wanita Ini Raup Puluhan Juta/Bulan

Katakepri.com, Jakarta – Septi Ariyani, mantan pendamping program pugar Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Cirebon mampu mengolah garam rakyat menjadi produk kosmetik dan spa. Tiga tahun silam tepatnya, Septi menanggalkan baji pegawainya dan memilih mengembangkan produk garam.

Kini Septi menjadi pengusaha garam spa yang sukses di Cirebon. Ia membuka toko di rumahnya. Tak tanggung-tanggung, Septi sudah berhasil membuat belasan produk garam spa, seperti foot salt, face scrub, body scrub dan lainnya. 

Keahlian Septi mengolah garam hasil tambak menjadi garam spa itu karena tak tega melihat harga garam yang terus merosot. “Saat itu, 2016 harga garam Rp 300 per kilogramnya. Saya cari-cari informasi di internet tentang manfaat garam. Ternyata bisa dimanfaatkan untuk perawatan,” kata Septi saat berbincang dengan detikFinance di kediamannya di Desa Grogol, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Jabar, Senin (5/8/2019).

Produk kecantikan berbahan dasar garam buatan Septi itu mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Septi pun kebanjiran order. Meskipun produknya lebih cenderung digandrungi masyarakat kalangan menengah atas. 

“Dikirim ke Jakarta, Bandung, Bali dan lainnya. Memang kalangan menengah atas, tapi tidak menutup kemungkinan kalangan menengah dan menengah ke bawah juga menyukai. Karena praktis, tak usah pakai bathtub, cukup pakai ember saja,” katanya.

Perjalanan Septi mengembang bisnis garam spa memang tak mudah. Septi mengaku kesulitan mengenalkan produk dan mengubah budaya masyarakat dalam pemanfaatan garam. Septi pun aktif menggelar seminar untuk mengubah pola pikir masyarakat terhadap pemanfaatan garam. 

“Saya enam tahun jadi pendamping program pugar. Saya keluar dan fokus kembangkan produk. Sekarang Alhamdulillah, sekarang sudah punya 26 karyawan,” katanya.

Selain memiliki toko, Septi juga kini menyewa tambak garam sendiri. “Awal-awal dua hektare, sekarang sudah 20 hektare. Karena kita sesuaikan kualitas bahan baku garamnya. Kalau di petambak biasa kan kadang kurang sesuai kualitasnya,” papar Septi.

Selain memiliki 26 karyawan, Septi juga aktif membina agen dan resellernya. Bisnis garam spa yang dikembangkan Septi itu menghasilkan puluhan juta perbulannya. 

“Omzetnya sekitar Rp 30 juta sampai Rp 60 juta per bulan. Sekarang sedang proses perizinan BPOM agar bisa di ekspor,” katanya.

Septi menambahkan proses pembuatan garam spa tersebut hanya membutuhkan perlaatan dan bahan yang cukup sederhana. “Prosesnya bisa dilakukan di rumah. Tidak pabrikan kok, garam cukup dicampur minyak zaitun dan esensial. Gampangnya seperti itu,” katanya.

Ide kreatif Septi itu menarik perhatian Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim). Kemenko Maritim meninjau bisnis yang tengah digeluti Septi itu. Deputi Bidang Koordinator Sumber Daya Alam dan Jasa Kemenko Maritim Agung Kuswandono mengatakan garam olahan seperti garam spa penting untuk dikembangkan. Karena, lanjut dia, harga garam olahan lebih bernilai dibandingkan garam biasa.

“Garam itu tidak sekadar asin. Kita selalu ribut-ribut harga garam turun. Ternyata garam juga bisa diproduksi sebagai garam spa, harganya bisa melonjak,” kata Agung usai meninjau produksi garam spa milik Septi.

Harga garam spa, sambung Agung bisa mencapai Rp 60 ribu untuk setengah kilogramnya. Agung menilai garam spa tersebut memiliki peluang untuk bisa dikembangkan masyarakat.

“Hebatnya lagi yang mengolah garam spa ini ibu rumah tangga. Kami mengajak masyarakat atau petambak untuk mengolah garam agar lebih berkualitas, agar harganya melonjak,” kata Agung. (Red)

Sumber : detik.com