katakepri.com, Jakarta – Melimpahnya potensi laut Indonesia rupanya belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Salah satunya bisa dilihat di Belitung Timur. Keterbatasan alat seperti kapal dan alat tangkap, membuat nelayan tak bisa leluasa memanfaatkan sumber daya laut yang ada.
Sehari-hari, nelayan di Belitung Timur hanya bisa mengandalkan perahu jenis kater untuk melaut.
Ukurannya yang tergolong kecil, memberi risiko tersendiri bagi para nelayan saat melaut ketika cuaca buruk menggunakan kapal kater. Sehingga nelayan di lokasi tersebut sangat bergantung dengan kondisi cuaca.
Disebutkan Sekjen Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Belitung Timur, Aman Saprin, cuaca buruk biasanya terjadi pada September-Desember.
Pada masa tersebut, ada juga nelayan yang memaksakan diri, utamanya para nelayan yang biasa melaut lebih dari 20 mil, namun hasil tangkapannya tidak maksimal.
“Bahkan ada nelayan hilang di lautan karena terus melaut dalam cuaca buruk,” kata Aman saat berbincang dengan detikFinance melalui sambungan telpon, Jumat (1/3/2018).
Dihubungi terpisah, tokoh nelayan Belitung Timur, Syamsuriza, menjelaskan, masalah lain yang sekarang membelit nelayan di kawasan tersebut adalah ketiadaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Akibatnya, nelayan harus pasrah menerima harga yang ditawarkan para tengkulak.
“Bayangkan saja, Beltim ini punya banyak ikan. Tapi, tidak punya TPI, harga ikan pun mahal. Miris sekali. Padahal, lelang membentuk harga pasar. Hasil lelang baru dimasukkan ke coldstore. Nah, hingga saat ini, karena TPI belum ada, para nelayan berhubungan langsung dengan tengkulak. Soal harga, mereka terpaksa mengikuti apa mau tengkulak,” ujarnya. (Red)
Sumber : detik.com