Fenomena Gerhana

Katakepri.com, Oleh: Abdul Rofiq – Fenomena alam selalu menarik minat masyarakat bumi. Salah satu fenomena alam yang akan terjadi adalah gerhana bulan. Di pengujung Januari 2018,  terjadi gerhana bulan total. Menurut ilmu pengetahuan, gerhana bulan terjadi ketika penampang bulan tertutup bayangan bumi (umbra) karena posisi bumi sejajar dengan matahari dan bulan. Dengan demikian, cahaya bulan akan tertutup oleh bumi.

Sedangkan dalam agama Islam, gerhana bulan disebut khusuf yang artinya memasuki (cahaya bulan memasuki bayangan bumi). Sedangkan gerhana matahari disebut kusuf yang berarti menutupi (bulan menutupi cahaya matahari).

Sejak zaman Rasulullah SAW, fenomena ini (gerhana) sudah ada. Pada saat terjadi gerhana, baik bulan maupun matahari, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk melaksanakan shalat gerhana. Sebagaimana sabdanya: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah salah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Keduanya tidak menjadi gerhana disebabkan kematian seseorang atau kelahirannya. Bila kalian mendapati gerhana, maka dirikanlah shalat dan berdoalah hingga selesai fenomena itu.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Menurut jumhurul ulama, shalat gerhana hukumnya sunah muakad, yakni sunah yang sangat ditekankan. Ini dimaksudkan agar kita tidak mengagumi keindahan fenomena itu semata, melainkan mengagumi Allah SWT. Karena Allah-lah yang menciptakan fenomena itu. Dialah yang telah mengatur perputaran bumi dan bulan. Dia mendesain alam semesta dengan rapi dan disertai aturan-aturan yang rumit, sehingga tercipta sebuah ilmu pengetahuan bagi yang mendalaminya.

Gerhana merupakan sebagian kecil dari tanda kekuasaan yang Allah SWT tunjukkan kepada hamba-hambaNya. Allah SWT berfirman: “Dan dari sebagian tanda-tanda-Nya adalah adanya malam dan siang serta matahari dan bulan. Janganlah kamu bersujud kepada matahari atau bulan, tetapi sujudlah kepada Allah yang menciptakan keduanya.” (QS Fushshilat: 37).

Pergantian siang dan malam merupakan pengaturan Allah yang sangat rapi. Fenomena alam ini sering luput untuk diekspose. Munculnya pelangi juga terkadang hanya anak kecil yang masih menikmatinya. Padahal itu semua fenomena alam yang terjadi karena adanya “campur tangan” Allah SWT.

Allah SWT berfirman: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkannya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tandatanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Yunus: 5-6).

Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dalam tafsirnya mengatakan, manakala Allah menetapkan rububiyah dan uluhiyah-Nya maka Dia menjelaskan dalil-dalil aqli dan ufuki dan menunjukkan hal itu. Dan menunjukkan kesempurnaan-Nya dalam sifat-sifat-Nya, berupa matahari, rembulan, langit, dan bumi serta segala sesuatu yang Dia ciptakan padanya dalam bentuk berbagai macam makhluk, lalu Dia menyatakan bahwa itu adalah tanda-tanda kebesaran-Nya “bagi kaum yang mengetahui” dan “bagi kaum yang bertakwa”.

Sesungguhnya, ilmu membimbing kepada pengetahuan tentang indikasi padanya dan bagaimana mengambil kesimpulan dari indikasi tersebut dengan jalan yang paling mudah. Takwa memunculkan keinginan di dalam hati pada kebaikan dan rasa takut pada keburukan yang muncul dari dalil-dalil dan bukti-bukti serta dari ilmu dan keyakinan.

Selanjutnya, Syekh mengatakan, ayat di atas mendorong untuk merenungkan makhluk-makhluk Allah, melihatnya untuk mengambil pelajaran. Karena dengan itu, bashirah bisa meluas, iman dan akal bertambah serta daya pikir menguat. Sebaliknya, tidak melakukan hal itu berarti meremehkan apa yang diperintahkan Allah, menutup pintu bertambahnya iman dan menyebabkan kebekuan akal dan pikiran. Wallahu a’lam. (Red)

Sumber : republika.co.id