katakepri.com, Jakarta – Nilai tukar Bitcoin masih terus bergerak di tengah kontroversi soal keberadaan cryptocurrency. Mata uang digital paling dikenal itu diprediksi bakal tembus US$ 8.000 per bit atau sekitar Rp 108 juta.
Prediksi itu bukan sembarang ramal. Sebab, ramalan datang dari salah satu pelaku pasar keuangan dunia, Goldman Sachs.
Seperti dikutip dari CNBC, Rabu (8/11/2017), Goldman Sachs menyatakan Bitcoin akan konsolidasi dulu di kisaran US$ 7.900 sebelum menembus US$ 8.000.
Namun, perusahaan keuangan asal Amerika Serikat (AS) itu juga memprediksi harga Bitcoin akan kembali jatuh setelah menembus level US$ 8.000 itu.
Kenaikan yang cukup tinggi ini, kata Goldman Sachs, merupakan lonjakan ketiga dari total lima lonjakan menurut teori Elliott Wave.
“Pasar sudah menunjukkan adanya laju penguatan Bitcoin setelah menembus US$ 6.044,” kata Wakil Kepala Divisi FICC Market Strats Goldman Sachs, Sheba Jafari.
“Selanjutnya fokus ke US$ 7.941. Nanti konsolidasi dulu sebelum naik lebih tinggi lagi,” katanya.
Pada 20 Oktober 2017 lalu, tercatat nilai 1 Bitcoin mencapai Rp 75,4 juta. Peredaran Bitcoin menjadi salah satu isu yang dilemparkan oleh Managing Director IMF, Christine Lagarde, pada pertemuan tahunan IMF-World Bank 2017 di Washington DC.
Christine Lagarde mengeluarkan ultimatum kepada seluruh bank sentral di dunia untuk mewaspadai secara serius terhadap beredarnya mata uang digital alias digital currency.
Lagarde mengatakan, institusi keuangan dunia mengambil risiko besar ketika tidak melihat secara jelas dan mengerti secara luas perkembangan produk teknologi finansial yang mampu mengguncang sistem pembayaran dunia dan jasa keuangan. (Red)
Sumber : detik.com