Internet Makin Mudah Diakses, Bitcoin Makin Tenar

katakepri.com, Jakarta – Salah satu mata uang virtual, Bitcoin, semakin tenar seiring dengan meroketnya valuasi harganya. Hingga September 2017 harga sekeping Bitcoin mencapai US$ 4.909 atau setara Rp 64,7 juta (kurs Rp 13.200).

Menurut Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri meroketnya harga kepingan Bitcoin juga didorong perkembangan teknologi yang semakin masif. Saat ini internet bisa diakses dengan mudah dari telpon genggam membuat masyarakat semakin mudah terhubung dengan berbagai fasilitas di dunia digital.

Bahkan saat ini berbagai aktifitas belanja pun bisa dilakukan secara virtual melalui internet. Industri keuangan digital atau fintech pun mendapat peluang tersendiri untuk terus berkembang.

Hal itu membuat keyakinan para investor terhadap Bitcoin, si mata uang dunia maya itu semakin membesar.

“Jadi peningkatan harganya ini karena digital sistem meningkat, fintech meningkat. Makanya terjadi spekulasi dari para pelaku. Bahkan katanya ada yang sudah pegang dari 2007 sudah kantongi miliaran Rupiah,” tuturnya saat dihubungi detikFinance, Jumat (8/9/2017).

Selain itu, menurut Reny, pelemahan mata uang global juga mendorong para pelaku pasar mencari instrumen investasi lainnya. Dengan ciri-ciri yang hampir mirip dengan sebuah mata uang, Bitcoin mungkin menjadi pilihan.

“Mata uang global saat ini tidak memberikan return besar, dulu mata uang safe haven seperti dolar AS, euro dan lain menarik. Tapi karena negara-negara dunia cenderung melakukan penurunan suku bunga, jadi kasarnya orang cenderung pegang cash, atau cari alternatif lain salah satunya Bitcoin,” tambahnya.

Menurut Reny kondisi saat ini tentu memberikan keuntungan yang besar yang sudah lama berinvestasi di Bitcoin. Namun dia menghimbau agar berpikir ulang bagi yang masih awam untuk masuk ke Bitcoin.

Sebab dengan melihat fluktuasi yang begitu tinggi, maka risiko yang ada juga besar. Dia khawatir saat ini justru membuat para pemain Bitcoin melakukan aksi ambil untung (profit taking) sehingga membuat harganya anjlok lagi.

“Kita kan juga belum bisa tahu outlooknya seperti apa. Kalau mata uang seperti dolar AS kan kita bisa lihat view-nya dari kondisi perekonomian negaranya. Kalau ini kan belum tahu,” tukasnya. (Red)

Sumber : detik.com